tidak terasa aku sudah menyelesaikan perkuliahan ku. masi terbayang olehku betapa susahnya dulu jatuh bangun di dunia perkuliahan, apalagi di saat saat semester akhir. wah sungguh sungguh luar biasa capeknya, selain di sibukkan dengan skripsi yang mengalami banyak perbaikan, belum lagi harus mengejar dosen kesana kemari demi sebuah tanda tangan persetujuan ataupun sekedar bimbingan saja, sungguh sungguh melelahkan, rasanya ingin mengakhiri saja..
sepenggal cerita
Selasa, 30 Oktober 2012
Sabtu, 27 Oktober 2012
legenda danau toba
Legenda Danau Toba (Cerita Rakyat Sumatera Utara)
Dahulu
kala hiduplah seorang pemuda sebatang kara. Namanya Toba. Ia memiliki
sebuah lahan pertanian kecil yang dikerjakannya dengan rajin.
Toba
sering pergi menangkap ikan dengan jala di sungai dekat rumahnya. Pada
suatu sore ia pergi mencari ikan. Sudah berkali-kali ia menebar jala
namun tak satupun ikan didapatnya. Hari pun sudah mulai gelap. Akhirnya
ia berkata dalam hati, “Biar kucoba melempar jala ini sekali lagi. Bila
tidak dapat ikan lagi, aku pulang saja.” Ternyata kali ini usahanya
membawa hasil. Seekor ikan mas besar terperangkap dalam jalanya. Toba
pun pulang dengan hati gembira.
Sesampai
di rumah, Toba bersiap-siap memasak ikan itu. Namun ia terperanjat
melihat ikan itu mengedipkan matanya. Lama ia memandangi ikan itu. Ikan
itu tidak pernah berkedip lagi. “Aku pasti salah lihat tadi, mana
mungkin ikan mengedipkan mata,” pikir Toba. Namun makin lama
dipandanginya, Toba melihat ikan itu indah sekali. Warnanya agak merah
keemasan, sisik-sisiknya pun nampak lebih mengkilat. Akhirnya ia
mengurungkan niatnya menyantap ikan itu. Ikan itu diletakkannya dalam
tempayan dan diberinya makanan.
Esok
harinya Toba ke ladang seperti biasa. Menjelang sore ia pulang.
Sesampai di rumah ia ke dapur ingin mengambil jala. Betapa terkejutnya
ia melihat makanan telah siap di atas meja. Ia heran, “Siapa yang
memasak?” Namun perutnya yang lapar membuatnya segera makan tanpa banyak
berpikir. Setelah makan ia pun sangat mengantuk dan segera tidur.
Keesokan
harinya Toba pergi ke ladang dan ketika pulang ia lagi-lagi mendapati
makanan lezat di meja dapur. Ia makan dengan lahap, dan kemudian ia pun
segera pergi tidur.
Pada
hari ketiga, Toba berpura-pura pergi ke ladang. Ia ke luar rumah lalu
bersembunyi di balik semak-semak di dekat rumahnya. Tak lama kemudian ia
melihat asap dari dapur rumahnya. Ia pun bergegas kembali ke rumah.
Betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita cantik jelita sedang
memasak.
“Siapakah kau? Mengapa kau memasak untukku?” tanya Toba.
“Aku
ikan mas yang kau tangkap di sungai. Kau tidak membunuhku, jadi
sekarang aku membalas budi dengan memasak untukmu,” jawab wanita itu.
Toba jatuh cinta kepada wanita itu. Beberapa hari kemudian ia pun memintanya menjadi isterinya.
Wanita
itu menerima pinangan Toba dengan satu syarat. “Kau harus bersumpah,
kau tidak akan pernah mengatakan bahwa aku berasal dari ikan.”
Toba
bersumpah dan mereka pun menikah dan hidup berbahagia. Kebahagiaan
mereka bertambah ketika anak laki-laki mereka lahir. Anak itu diberi
nama Samosir.
Samosir sangat dimanjakan ibunya sehingga tumbuh menjadi anak yang nakal. Ia juga selalu lapar. Makanan apa saja dihabiskannya.
Pada
suatu siang, Samosir disuruh ibunya mengantarkan makanan untuk ayahnya
di ladang. Ibunya sudah menyiapkan bungkusan nasi dan air.
Siang
itu panas terik. Toba kepanasan dan kehausan. Ia girang melihat anaknya
datang membawakan nasi dan air untuknya. Namun betapa kecewanya ia
ketika melihat isi bungkusan hanya sisa-sisa nasi dan tulang ayam. Ia
pun meraih botol air. Ternyata hanya tersisa beberapa tetes air.
“Samosir anakku, mengapa ibumu menyuruhmu membawa makanan seperti ini?”
Samosir pun bercerita, “Aku lapar, ayah. Tadi aku makan nasi ayah sedikit.”
Toba murka. “Anak nakal. Dasar kau anak ikan!”
Samosir terkejut. Toba juga merasa bersalah, namun sudah terlambat.
Sambil menangis Samosir berlari pulang.
“Ibu! Ibu!” panggilnya.
Ibunya bertanya, “Mengapa kau menangis, nak?”
Samosir
bercerita tentang kejadian di ladang tadi. Ibunya berkata,”Sekarang
kita harus kembali ke asal kita, nak. Ayahmu telah melanggar sumpahnya.”
Pada
saat itu cuaca tiba-tiba menjadi mendung dan segera turun hujan yang
sangat lebat disertai petir dan kilat. Samosir dan ibunya lenyap.
Hujan
terus turun hingga seluruh lembah digenangi air. Genangan air itu
kemudian membentuk sebuah danau dengan sebuah pulau kecil. Danau itu
disebut danau Toba dan pulau di tengahnya disebut pulau Samosir.
Langganan:
Postingan (Atom)